Obat Vasodilator
Obat vasodilator memainkan peranan penting pada kasus heart failure dan juga hipertensi.
Turunnya cardiac output menyebabkan 2 hal secara bersamaan, pertama terjadi peningkatan adrenergic nervous system dan kedua aktivasi Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).
Peningkatan adrenergic nervous system menghasilkan pengeluaran epinefrin, sehingga meningkatkan venous tone dan mneingkatkan jumlah darah yang kembali ke jantung, dan meningkatkan cardiac output.
Peningkatas aktifitas RAAS akan mencetuskan keluarnya angiotensin II (AII) dan menyebabkan peningkatan tekanan arteriolar constriction dan menjaga tekanan darah.
Pada kasus kronik, di mana adrenergic nervous system dan aktivasi RAAS terus berjalan, yang terjadi justru efek negatif. Peningkatan venous return tersu menerus menyebabkan kongesti paru. Sedangkan peningkatanan tekanan arteriolar membuat meningkatnya afterload. Obat vasodilator mencegah kedua hal ini secara kronik berlangsung.
Ada banyak jenis obat vasodilator, tetapi dalam postingan ini kita akan lebih fokus pada RAAS Blocker :
RAAS Blocker
ACE Inhibitor
Angiotensinogen yang disekresi oleh Hati, oleh enzim Renin yang diproduksi di ginjal, diubah menjadi Angiotensin I (AI). Kemudian angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (AII) oleh enzim angiotensin converting enzime (ACE).
ACE juga berperan membuat bradikinin menjadi inaktif, sehingga fungsi bradikinin untuk vasodilatasi menjadi terhambat.
AII yang telah terbentuk akan berikatan dengan angiotensin receptor (AT1), di mana setelah berikatan setidaknya 3 hal terjadi : vasokontriksi, peningkatan aldosteron, dan peningkatan aktifitas simpatis.
Peningkatan aldosteron sendiri memainkan peranan sebagai retensi natrium dan pengeluaran kalium. Otomatis reabsorbsi natrium pada distal nefron menjadi dihambat.
ACE inhibitor memainkan peranan menghambat kerja ACE, sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah arteri, memfasilitasi natriuresis dan diuresis, meningkatkan Bradikinin yang akan mempengaruhi peningkatan Nitric Oxide, dan peningkatan renal blood flow karena dilatasi dari arteriol afferen glomerulus (bermanfaat untuk diabetic nephropathy).
ACE inhibitor juga sangat bermanfaat bagi kasus heart failure di mana bekerja dengan menurunkan afterload, menurunkan preload, dan otomatis meningkatkan cardiac output.
Efek samping dari ACE inhibitor adalah batuk yang diduga karena peningkatan bradikinin level. Selain itu dapat terjadi hipotensi dan hiperkalemia karena penurunan kadar aldosteron.
Angiotensin II type Receptor Blocker (ARB)
Tidak cukup sulit untuk memahami cara kerja obat Angiotensin II type Receptor Blocker (ARB) bila kita telah memahami skema di atas (pembahasan ACE inhibitor).
ARB berkompetisi dengan Angiotensin II (AII) untuk berikatan dengan reseptor AT1. Hal ini menjadikan seakan-akan reseptor AT1 tidak berikatan dengan apapun sehingga tidak terjadi vasokontriksi, peningkatan aldosteron, maupun aktivasi simpatis.
ARB juga otomatis tidak meningkatkat level bradikinin, karena tidak bekerja menghambat ACE.
Kepustakaan dan semua sumber gambar :
Leonard S. Lilly. Pathophysiology of Heart Disease : a Collaborative Project of Medical Students and Faculty. Sixth Edition. Harvard Medical School. 2016. Wolters Kluwer.
KOMENTAR ANDA