Perjalanan Penelitian Obat COVID-19 UNAIR
Sebuah obat mestilah melalui berbagai tahapan uji pra klinis dan uji klinis, agar diketahui dengan baik manfaat dan masalah yang dapat ditimbulkan dari suatu obat tersebut.
COVID-19 adalah kegawatdaruratan masalah yang segera perlu diselesaikan. Mengingat COVID-19 telah banyak membuat orang terjangkit, tidak sedikit yang sampai meninggal dunia.
Berbagai penelitian dalam rangka mencari obat-obatan COVID-19 dan juga vaksin COVID-19 gencar dilakukan di berbagai Negara, tidak terkecuali Indonesia.
Penelitian yang dilakukan tidak hanya Universitas Airlangga (UNAIR) saja, melainkan juga melibatkan kerjasama dengan TNI AD, POLRI, dan juga Badan Intelijen Negara (BIN).
UNAIR sebelumnya diketahui telah menemukan lima regimen kombinasi obat yang efektif untuk menangani COVID-19. Tim peneliti UNAIR menggabungkan lima obat yang sebelumnya sudah beredar di pasaran.
Lima regimen kombinasi obat tersebut yakni Lopinavir, ritonavir dan azitromisin; Lopinavir, ritonavir dan doksisiklin; Lopinavir, ritonavir dan klaritromisin; Hidroksiklorokuin dan azitromisin; dan Hidroksiklorokuin dan doksisiklin.
Efikasi Obat Yang Tinggi
Secara terpisah, Kepala Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (UNAIR), Purwati, menyebutkan obat COVID-19 yang berhasil ditemukan ini ternyata memiliki efektivitas tingkat kesembuhan yang tinggi.
Dikutip dari Antara (16/8/2020), Purwati menyebutkan bahwa perbaikan kondisi klinis pasien-pasien yang diteliti sangat signifikan dalam 3 hari pertama.
“Efikasi obat tadi sudah kami paparkan. Untuk perbaikan klinis dalam 1 sampai 3 hari itu 90 persen,” ujar Purwati.
Tidak hanya perbaikan kondisi klinis terkait penyakit COVID-19 seperti demam, batuk, dan sesak napas, penelitian obat COVID-19 juga meneliti mengenai efek samping pemberian obat. Purwati menjelaskan bahwa obat tidak bersifat toksik dalam dosis penelitian dan aman untuk digunakan.
“Alhamdulilah terjadi perbaikan dari fungsi liver. Jadi relatif aman untuk digunakan,” tegas Purwati.
Obat Pertama di Dunia, Daya Penyembuhan Hingga 98%
Sabtu (15/8/2020), Tim gabungan UNAIR, TNI AD, POLRI, dan BIN menyerahkan hasil uji klinis fase 3 dari temuannya yang berupa kombinasi obat untuk COVID-19 kepada Jenderal Andika Perkasa selaku Wakil Ketua I Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
Rektor UNAIR, M. Nasih, dalam kesempatan itu mengatakan obat ini tinggal menunggu izin produksi dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Yang perlu ditekankan adalah untuk produksi dan edarnya kami tetap masih menunggu izin produksi dan edar BPOM,” ujar Nasih dalam konferensi pers di Mabes TNI AD.
Dari 5 kombinasi yang awalnya menjadi variabel penelitian, terdapat 3 kombinasi yang diyakini mampu melawan COVID-19 dengan sangat efektif.
Tiga kombinasi obat tersebut telah mengikuti serangkaian uji klinis. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromycin.
Nasih pun menambahkan bahwa efektifitas dari ketiga jenis obat tersebut pada pasien COVID-19 yang tidak memakai ventilator hingga mencapai 98 persen.
“Ternyata setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya,” tambahnya.
Nasih menuturkan bahwa penelitian kombinasi obat COVID-19 ini dilakukan sejak bulan Maret 2020. Nasih berharap temuan ini menjadi temuan pertama di Dunia dan dapat bermanfaat luas.
“Karena ini akan menjadi obat baru, maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia,” ujar Rektor UNAIR tersebut.
KOMENTAR ANDA