Penyakit di Gunung – Mendaki gunung saat ini seakan menajadi salah satu gaya hidup banyak orang di Indonesia. Bagaimana tidak? Keindahan alam yang hanya dimiliki oleh gunung dipadukan dengan perjalanan panjang yang melelahkan seakan menjadi candu bagi banyak orang. Sejak tahun 2015, aktivitas pendakian gunung di Indonesia meningkat berkali-kali lipat.
Namun sayangnya, banyak pendaki gunung yang tidak memahami secara jelas mengenai kesiapan dalam mendaki. Bukan hanya kesiapan untuk perlengkapan pendakian. Tapi, pendaki juga wajib memiliki pemahaman secara kompleks mengenai penyakit di gunung. Karena keadaan alam yan berbeda, maka gunung memiliki karakteristik sendiri dalam penyakit.
Apabila tidak ditangani dengan baik, maka penyakit di gunung , sekecil apa pun itu, bisa berakibat fatal bagi penderita. Hal ini bisa terjadi akibat keadaan alam yang berbeda, turunnya suhu secara ekstrim, hingga kondisi angin dan hutan yang dapat menyebabkan penyakit yang kita derita di gunung akan semakin parah.
3 Penyakit di Gunung yang Sering di Alami Para Pendaki
Selain pendaki dituntut untuk mengetahui cara mendaki yang baik, ia juga harus memahami segala risiko penyakit yang bisa diderita oleh para pendaki apabila berada di atas ketinggian. Berikut ini kami paparkan beberapa penyakit di gunung yang cukup awam menghinggapi banyak pendaki beserta cara penanganan yang cukup tepat.
1. Hipotermia, penyakit paling umum di gunung
Secara sederhana, hipotermia merupakan sebuah gejala penyakit di mana tubuh seseorang tidak berhasil memroduksi panas. Hipotermia atau yang sering disinkat hipo ini umumnya terjadi di kawasan yang memiliki kadar suhu yang rendah, salah satunya di gunung. Hipotermia adalah penyakit di gunung yang umumnya menjangkiti banyak pendaki yang minim persiapan.
Akibat dari gagalnya tubuh dalam memroduksi panas, maka tubuh secara otomatis akan mengikuti suhu di luarnya. Secara klinis, apabila suhu tubuh manusia berkurang 3-5 derajat celcius, maka risiko kematian akan semakin tinggi. Bahaya bukan? Padahal, hipotermia adalah penyakit yang paling mudah untuk dicegah serta memiliki penanganan tertentu.
Pencegahan paling baik apabila Anda tidak ingin terkena hipotermia adalah menyiapkan baju hangat lebih dari tiga setel. Satu setel untuk Anda gunakan selama pendakian, sedangkan satu setel lainnya Anda gunakan untuk tidur. Anda juga wajib membawa Sleeping Bag atau Emergency Blanket untuk semakin menguatkan panas dalam tubuh.
Dalam menangani pasien penderita hipotermia, yang perlu Anda lakukan adalah mencari sumber panas eksternal agar pasien tidak terus-menerus kehilangan panas. Anda bisa membuatkan teh manis hangat, memasukannya ke emergency blanket, ditutup dengan sleeping bag, lantas dimasukkan air hangat dalam botol ke sela-sela tubuh.
2. Hipoksia, penyakit khas ketinggian
Hipoksia adalah salah satu penyakit di gunung yang seakan menjadi ciri khas di sana. Hipoksia adalah kegagalan fungsi organ tubuh karena suplai oksigen yang semakin tipis. Semakin Anda mendekati lapisan teratas atmosfer, maka kadar oksigen juga akan semakin menipis. Oleh sebab itu, penyakit ini cukup sering dialami oleh para pendaki gunung di mana saja.
Beberapa gejala paling umum yang dialami penderita hipoksia sebagai penyakit di gunung adalah pusing, sesak napas, halusinasi, dan detak jantung cepat. Apabila Anda mengalami hal-hal tersebut selama mendaki, sangat disarankan Anda untuk beristirahat sejenak, lantas menyesuaikan ritme napas secara teratur agar tubuh kembali mendapatka suplai oksigen.
Baca Juga : 3 Alasan Kenapa Mendaki Gunung Baik Untuk Kesehatan
Apabila Anda masih mengalami gejala-gejala tersebut walaupun telah cukup lama beristirahat, maka disarankan Anda untuk segera turun dari posisi ketinggian tersebut. Sebagai salah satu penyakit di gunung, hipoksia bisa mengenai tiap orang tanpa terkecuali. Namun, lebih cenderung kepada pendaki yang belum melakukan kesiapan secara prima dalam mendaki.
Selain itu, hipoksia juga sering dijumpai pada pendaki yang rutin merokok. Merokok akan mengakibatkan paru-paru sedikit demi sedikit terdetoks racun sehingga akan memengaruhi kinerjanya. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena hipoksia lainnya adalah mengurangi konsumsi rokok untuk mengembalikan fungsi paru-paru seperti sedia kala.
3. Patah tulang momok pendaki
Mendaki merupakan salah satu bentuk aktivitas olahraga yang intens dengan naik dan turun bidang tertentu, dalam hal ini gunung. Oleh sebab itu, kesiapan tubuh Anda yang prima adalah salah satu cara terbaik agar terhindar dari berbagai macam risiko penyakit di gunung, misalnya melakukan peregangan untuk terhindar dari risiko cedera tulang.
Biasanya, pendaki cukup abai saat menuruni gunung. Kurang waspada sedikit saja, maka pendaki tersebut bisa saja mengalami masalah pada pergelangannya. Oleh sebab itu, selalu waspada dan melakukan peregangan secara rutin adalah jawaban terbaik untuk menghindari penyakit di gunung tersebut yang harus Anda ketahui.
Demikian tiga penyakit di gunung yang cukup awam terjadi dan menjangkiti para pendaki gunung. Persiapan mental dan fisik yang prima dan disertai dengan kemampuan medan yang baik adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh setiap pendaki yang ingin melakukan pendakian.
KOMENTAR ANDA